Love In Chocolate
Rabu, 17 Januari 2018
Selasa, 12 Juli 2016
cerpen * Love In Chocolate

Coklat manis itu seperti cinta, manis di lihat namun bila di rasakan pahit di dalam bagai cinta yang penuh dengan rasa namun ketika cinta telah di rasakan akan menjadi segumpalan tangisan yang membawa luka itulah cinta banyak di sukai namun terlalu sakit untuk di kenang. Terlihat Seorang gadis cantik tengah berada di ruangan dapur pembuat cokelat. Cokelat manis buatannya memang banyak di sukai orang, makanya café chocolate tak pernah sepi, selalu ramai di kunjungi banyak orang.
‘’ Sejak
kecil aku sangat suka membuat cokelat. Chocolatler itu adalah seni kerajinan
membuat cokelat. Mimpiku adalah membuka
kafe cokelat buatanku sendiri. Seharusnya itu terjadi namun aku bekerja sebagai
cheef di café chocolate milik pak hendra. Tak apa mungkin aku sudah layaknya
menjadi cheef cinta cokelat seperti namaku cinta ’’ batinya berkata-kata seraya menaburi bumbu-bumbu
rasa cinta yang telah mejadi favoritenya sejak kecil.
‘’cinta’’ pekik seseorang dari jarak
yang hanya 5 meter dari tempatnya berdiri
‘’ya pak’’ujarnya seraya meletakkan
cokelat di dalam kulkas flizer tempat pendinginan cokelat. Seseorang pemuda
tampan, bertubuh tinggi, berkulit putih berpakaian jas biru dan celana jins
lengkap dengan sepatu pantopel miliknya sudah berdiri di hadapan gadis cantik
berambut pajang berkuncir satu, bertubuh tinggi 161, berkulit kuning langsat,
berpakian anak remaja dengan tergelut celemet di tubuhnya.
‘’bagaimana pesanan cokelat telah
siap?’’
‘’sebentar lagi pak’’
‘’baiklah, saya akan mengatur yang
lainnya’’ujarnya kembali beranjak pergi berlalu dari hadapan cinta gadis itu
hanya menatap lurus kepergiannya. Pemuda tampan itu telah berada di ruangannya
mengatur segala keuangan yang telah ia raih selama kurang lebih 5 tahun menggeruti
bisnis di café chocolate.
‘’dunia bisnis memang telah aku raih
hingga aku lupa yang namanya jatuh cinta sampai sekarang belum bisa kanku dapatkan
seorang gadis pendamping hidupku’’ujarnya seraya menatap jendela kaca tebal di
rungannya yang terlihat luas hingga ia
bisa melihat ke arah lantai dasar café yang berdiri pencakar langit tinggi 3
lantai dari ruangannya. Di ruangan dapur terlihat sangat rapi setelah selesai cinta
memasak cokelat favoritenya ia merapikan semua yang telah membuat meja dapur
berantakkan.
‘’huft akhirnya setelah berjam-jam aku
tergelut dengan cokelat manis, kini saatnya bersih-bersih’’
‘’mbak cokelat pesanan sudah jadi?’’
‘’iya ini tinggal kamu antar ke alamat
ini ya’’ ujarnya seraya memberikan sekotak cokelat besar dan selembar kertas
berisikan alamat
‘’baik mbak’’ujar waiters itu seraya
berlalu pergi dari hadapannya. Cinta hanya tersenyum melihat kepergian sosok
waiters. Setelah usai merapikan dapur
kini saatnya cinta melayani tamu-tamu yang telah berdatangan ke café
chocolate dengan penuh senyum dank e
ramah-tamahannya.
‘’selamat
datang mbak mas, silakan mau pesan apa?’’ujarnya ramah
‘’saya
pesan cappucinno dan cokelat rasa cinta 2
‘’ujarnya
‘’baiklah, mbak dan mas sepertinya baru menikah ya? Romantisnya sepasang kekasih?’’ujarnya seraya tersenyum
‘’ahh kok mbak bisa tahu’’
‘’di lihat dari wajahnya’’
‘’terima kasih ‘’
‘’iya sama-sama, di tunggu ya
mbak’’ujarnya seraya berlalu pergi dari hadapan kedua sepasang kekasih itu.
‘’cinta seperti cokelat panas yang siap
di sajikan dalam bentuk hangat hingga romenticnya mengikuti segala arah dan
tujuan percintaan. Cokelat rasa cinta
seperti pemanis dalam bumbu cinta yang
masih hangat ‘’
Setelah usai cinta
menyajikan makanan yang telah di pesan kini ia kembali ke meja no 03 yang telah
memesan makanan. Café chocolate sangatlah ramai sangking ramainya hingga meja
no 07 terabaikan. Ketika karyawan café hanya ada 3 orang waiters.
‘’mbak pesanan saya mana?’’pekik
seseorang dari no 07. Waiters wita langsung
menghampiri meja no 07. Sesampainya di sana ia telah di marah-marahi sang
pemilik pesanan.
‘’maaf pak, karwan kita hanya ada 3
orang, sabar menunggu ya?’’
‘’kita sudah lama menunggu!!!’’
‘’tapi pak…..’’ucapannya terhenti
ketika pembicaraanya terpotong
‘’kalau caranya begini kita pulang saja!!!’’ujarnya
seraya beranjak pergi dari tempatnya
‘’pak, tunggu’’ujar seseorang dari
jarak yang tak begitu jauh. Cinta menghampiri sang pemilik pesanan.
‘’bapak mau pesan apa? Ini silakan di
coba cokelat rasa cinta pasti lezat di lidah’’ujarnya seraya menyodorkan
cokelat berbentuk hati dengan rasa cinta. Cinta yang melihat bapak itu memakan
cokelat bikinanya ia tersenyum.
‘’wow, rasanya begitu hebat di
lidah’’ujarnya merasa kagum
‘’baiklah saya ingin tahu siapa pembuat
cokelat ini’’
‘’saya pak’’ujar cinta seraya tersenyum.
‘’benar-benar hebat, cokelat yang
wow’’ujarnya merasa kagum seraya tersenyum kepada cinta. Terlihat seseorang
dari balik tangga yang tengah berjalan menelusuri anak tangga bawah ia tersenyum melihat cinta begitu hebat
melayani pelanggan yang tengah dalam keadaan marah tapi ia bisa mencairkan
suasananya.
‘’beruntung aku memperkejakan dia, mengambi resiko
yang cukup baik’’ batinnya
berkata-kata seraya menghampiri cinta. Sesampainya di antara cinta , wita dan
tamu pelanggan café yang tengah asyik mengobrol
‘’bagaimana pak dengan
cokelatanya?’’ujar seorang pemuda bernama hendra sang pemilik café. Wita yang
sadar akan kedatangan bosnya ia langsung berlalu pergi dari hadapan tamu,
hendra dan cinta yang asyk mengobrol.
‘’saya rasa, saya cocok dengan waiter
satu ini, ia bekerja sangat baik’’ujarnya memuji
‘’ya begitulah pak’’ujarnya tersenyum seraya melirik ke satu arah Diana
‘’baiklah pak, saya harus melayani tamu
yang lainnya, saya permisi’’ujarnya dengan ramah seraya berlalu pergi dari
hadapan hendra dan tamu itu. dari balik
meja kasir terlihat wajah yang tak sedap di pandang waiters wita terlihat kesal
dengan tingkah laku cinta yang hanya meraik perhatian seseorang.
‘’huft
seperti malaikat saja, lihat nanti apa yang akan saya lakukan padamu’’batinya berkata-kata dengan senyum sinis di wajahnya
‘’kamu kenapa Ta? Merengut aja’’ujar ocha
saat melihat wajah wita yang tengah kesal
‘’tuh bapak-bapak yang bikin saya kesal,
eh si waiters baru itu loh yang namanya siapa itu’’ujarnya seraya kembali
mengingat-ingat namannya
‘’oh
si cinta’’tebaknya
‘’nah itu, cari muka saja tuh sama pak
hendra’’
‘’benar sekali tuh, oh ya jangan-jangan
kamu suka ya sama pak hendra??’’tebaknya
‘’ocha kamu kan tahu kalau aku suka dia,
tapi tuh si waiters baru sepertinya dia mau merebutnya dariku’’
‘’gimana kalau kita kerjain
dia?’’ujarnya seraya menaiki satu alisnya
‘’gimana caranya?’’ujarnya seraya
kembali menatap wajah ocha dengan senyum sinisnya hingga keduanya
berbisik-bisikan merencanakan Sesutu hal jahat.
****
Lima hari berlalu……….
Cinta kembali memasuki
café chocolate yang semua tahu itu tempat cokelat yang tengah di bicarakan
orang banyak hingga pembicaraannya telah memasuki public, café semakin hari
semakin ramai semua waiters terbengkalai melayani banyak tamu yang berdatangan.
Cinta kembali memasuki dapurnya ia kembali bergelut dengan cokelat-cokelat
manis yang akan ia buat dengan rasa cinta seperti namanya cinta.
‘’cokelat manis mengundang rasa
selera yang banyak di sukai para penikmatnya. Ketika hati telah terletak dalam
satu jiwa cinta yang telah tubuh menjadi sang pemanis rasa gula’’ ujarnya
seraya memandang cokelat yang telah ia buat dan kini ia telah memasuki makanan cokelatnya
ke sebuah flizer pendingin. Cokelat yang baru setengah jadi belum ia bumbukan
dengan pemanis dan pewarna lainnya ia tinggalkan sebentar saat seorang sahabat
menghampirinya di sebuah café tempat ia bekerja.
‘’cintaaaaaaa’’pekiknya saat cinta telah
berada di hadapan sang gadis remaja yang
sejak tadi duduk di café menunggu cinta selesai memasak hingga ia meraih
pelukan hangat seorang sahabat.
‘’bella, kapan datang?’’ ujarnya
kembali memeluk hangat sahabatnya itu.
‘’lumayan lah dari jam 09.00’’ujarnya
serayakembali melepaskan pelukannya.
‘’eh silakan duduk, dan silakan cicipi nih cokelat
bikinanku’’ujarnya seraya mempersilakan sahabatnya duduk dan meletakan cokelat
di atas meja.
‘’iya..iya eh, sekarang dengan segenap
impianmu menjadi seorang chef ciee’’ujarnya seraya menggoda sahabatnya itu.
‘’he…he..he kan kamu tahu sendiri syah
impian aku itu’’
‘’iya, iya aku tahu itu, eh gimana ada
cogan gak di sini’’
‘’waduh tasyah masih aja ya kagak
berubah’’
‘’he…he…he vis cin, wow cafenya sangat
ramai berkat kamu café ini menjadi sangat berfariasi’’
‘’ha…ha..ha biasa aja kali’’ujarnya
seraya bernada canda di atara keduanya. Cinta lupa dengan masakannya sangkin
asyiknya mengobrol. Cinta berlama-lama
ngobrol dengan sahabatnya hingga ia teringat dengan sesuatu masakan yang belum
ia buatkan. Ia dan sahabatnya bernama vita memasuki ruangan dapur yang telah
terbalut dengan mesin-mesin pembuat cokelat.
‘’wow, sehari-hari kamu beginian
cinta??’’ujarnya seraya kagum melihat alat-alat yang ada di hadapannya
‘’iya, eh bantu aku yuk’’ ujarnya seraya
kembali mengaduk cokelat yang telah ia berikan bumbu-bumbu pemanis rasa cinta.
Setelah usai mengaduk cokelat cinta dan vita kembali meletakkan cokelat-cokelat
itu kedalam flizer pendingin, ia kembali mengeluarkan cokelat-cokelat yang
telah dingin dan kembali ia letakkan ke dalam bentuk tempat yang telah di
sediakan.
‘’wow cinta, cokelatnya mengugah selera,
begitu nikmat. Pantesan aja ya cokelat ini selalu laris pembuatnya atas nama
cinta’’
‘’ha..ha..ha kamu bisa aja
vita’’ujarnya tersipu malu seraya berlalu pergi meninggalkan dapur dan kembali
meletakkan cokelat-cokelat itu ke dalam etalase yang telah di sediakan di depan.
Vita dan cinta kembali duduk di tempatnya semula. Terlihat sosok lelaki muda
tengah memperhatikan cinta dari balik
etalase yang berisi cokelat, ia memperhatikan semua gerak gerik cinta.
Seakan-akan sosok pengintip telah berada di tengah-tengah mereka.
‘’cinta sepertinya waktuku sudah habis,
aku pergi dulu ya. Nanti di rumah kita lanjut cerita lagi’’
‘’baiklah vita, eh sering-sering
berkunjung’’
‘’waduh bisa-bisa bos kamu marah lagi
aku mengagu kerja kamu’’
‘’ha..ha..ha’’keduanya tertawa
‘’ya udah aku balik ya, thank you
cokelat buatan kamu memang lezat’’ujarnya seraya memeluk cinta hingga cinta
membalas pelukan itu. setelah lama berpelukan vita perlahan-lahan pergi berlalu
meninggalkan cinta yang berdiri terpaku menatap kepergiannya.
Di dapur ocha tengah
melihat makanan cokelat yang telah di masukkan ke dalam flizer pendingin. Ia
kembali mengeluarkan cokelat-cokelat itu dan meletakkannya ke dalam etalase
depan yang telah tersedia.
‘’cha cokelat itu baru di letakan
kan?’’ujarnya seraya memperhatikan cokelat yang telah berada di dalam etalase
‘’sudah lama lihat sudah mengeras dan
dingin lagi’’
‘’oh ya, ya sudah’’ujarnya kembali berlalu
pergi dari hadapan ocha. Ia kembali memasuki ruangan dapur, bergelut dengan
cokelat-cokelat manis yang ada di hadapannya saat ini. di luar sana terlihat
ricuh dan riuh cinta yang asyik mewarnai cokelat tak mendengar keributan yang
ada di luar café.
‘’ini ada apa?’’ujar seorang pemuda
sang pemilik café.
‘’kenapa cokelatnya bau tak sedap dan
tidak enak seperti biasanya!!!’’ ujar pelanggan marah-marah
‘’maaf saya akan mengecek
kembali’’ujarnya kembali pergi menuju ruangan dapur terlihat cinta tengah
bergelut dengan cokelat-cokelat yang ada di hadapannya itu
‘’cinta!!!’’bentak seseorang. Sontak
membuat cinta kembali menoleh ke arah sumber suara, ia terkejut dengan suara
lantang pak hendra yang menatapnya begitu tajam.
‘’sini kamu!!’’bentaknya kembali
menarik cinta di atara ribuan tamu yang menunggu penjelasan cokelat-coklet ini.
‘’maaf ada apa ya??’’
‘’coba kamu jelaskan, kenapa
cokelat-cokelat ini menjadi bau dan tidak enak seperti biasanya??’’
‘’i…tu cokelat….’’belum sempat ia
jelaskan pembicaraannya telah terpotong oleh wita.
‘’alah sudahlah kalau memang tidak
bisa jelaskan, lebih baik kamu rasakan tuh cokelat’’ujarnya dengan sinis, cinta
meraskan cokelatnya tak enak di makan dan tak layak di jual.
‘’wlek’’ujarnya seraya
memuntahkan makanan cokelat itu.
‘’kalau begini jadinya
saya tidak akan pernah ke sini kembali, baiklah pabak-bapak ibu-ibu kita pindah
ke tempat lain saja’’ujar seseorang pelanggan café yang telah marah-marah.
Cinta dan yang lainnya hanya menatap kepergian pelangannya satu-persatu. Satu
persatu menghilang tanpa bekas. Cinta yang tertunduk lemas tak berdaya melihat
semua itu ia hanya melesu hingga tak bersemangat.
‘’cinta!! Ikut saya ke
ruangan!!’’bentaknya seraya berlalu pergi dari hadapan semua waiters yang ada
di sana. Cinta mengikuti langkah kaki
hendra hingga ia telah sampai di ruangan lantai 3 di sana terlihat ruangan yang
rapi dan wangi.
‘’cinta!! Sekareng
pelangan café yang telah saya bangun selama 5 tahu pergi tanpa meninggalkan
bekas!!’’
‘’kamu tahu kerugiannya
menjapai ratusan rupiah!!’’bentaknya kembali menatap cinta yang hanya tertunduk
lemas tak berdaya dan tak berkutik
‘’tapi pak,
saya….’’belum sempat ia berbicara sudah terpotong hendra
‘’mau nyangkal apa
lagi!! Sudah jelas-jelas kamu yang membuat cokelat itu, sekarang saya tidak
ingin melihat kamu lagi di sini!! Kamu saya pecat!!!! Bentaknya kembali membuat
cinta terkejut dengan suara lantangya
hingga ia pergi berlalu dari hadapan sang pemilik café. Dengan deraian
air mata yang telah bercucuran di wajahnya. Ia berlarin keluar café menatap
café dengan rintihan rasa sakit. Di dalam café ocha dan wita terlihat bahagia
melihat kepergian cinta dari café chocolate.
****
Malam di taburi
bintang-bintang terlihat cinta tengah merenungi nasib yang hilang bagaikan air
yang tak tentu arah. Cinta mengingat kembali saat pertama kali ia keterima di
sebuah café chocolate dengan segenap perjuangannya hingga akhirnya ia
merintihkan kepediha. Di balik kursi taman cinta hanya termenung.
‘’cintaa!!’’ujar
seseorang mengagetkan cinta hingga ia tersadar dari lamunanya
‘’oh vita’’ujarnya tak
semangat
‘’loh..loh kenapa
sahabtku ini tak semangat’’ujarnya seraya beranjak duduk di hadapan cinta
‘’vit, impian itu
seperti bintang yang jauh di hamparan mata hingga kita sulit menggapainya,
terkadang impian yang telah kita raih harus musna dalam sekejap hanya karena
masalah yang tak pernah kita lakukan’’
‘’maksud kamu cinta
??’’ujarnya seraya menaiki satu alisnya pertanda bingung melanda dirinya
‘’iya sulit untuk
mencapai satu titik yang telah di raih hanya karena masalah’’
‘’emangnya masalah
apa?’’
‘’entah mengapa cokelat
yang tandinya manis menjadi cokelat pahit dan tak sedap rasa, apa aku terlalu
tinggi untuk menggapainya?’’ujarnya seraya menatap bola mata sang sahabat yang
ada di hadapannya itu.
‘’semakin tinggi
harapanmu, maka semakin kuat keyakinamu, jangan berputus asa masih banyak di
luar sana impianmu yang akan membuat kehidupanmu menjadi baik. Semakin terjal
angin topan menggoyah maka semakin kuat keyakinanmu’’
‘’thank vit, kau adalah
sahabat yang selalu memberiku motivasi dalam keadaan sesulit apapun’’
‘’itulah namanya
sahabat, ada di saat suka maupun duka’’ujarnya seraya memeluk cinta, hingga butiran
Kristal membasahi pipi manis milik cinta. Setelah berpelukan cukup lama cinta
merasakan pusing dan mual-mual hingga ia pingsan tak sadarkan diri. Ketika vita
merasakan hal aneh pada cinta segera saja ia larikan ke rumah sakit terdekat.
Seminggu berlalu…………
Café chocolate terlihat
sepi dari penghunjung tak ada yang melirik cokelat. Cokelat yang ada di
tempatnya ia kembali melihat udara segar
di hamparan jendela kaca dari lantai 3 ruangannya yang begitu sejuk dan wangi.
Ia teringat sosok gadis bernama cinta saat pertama kali ia melamar kerja di
cafenya hingga ia baru merasakan benih-benih cinta mulai tubuh di hamparan
hatinya saat cinta itu telah pergi dari pandangan matanya.
‘’cinta sekan hilang
tanpa pemanis cokelat, hingga cokelat yang begitu nikmat terasa hambar dan
pahit. Apakah ini yang namanya cinta, baruku rasakan ketika ia telah hilang
dari suatu genggaman tangan’’ujarnya seraya menatap langit biru dengan segenap
cahaya matahari yang terpancar dari ruangannya.
Ia kembali menuruni anak tangga hingga ia telah sampai di depan ruangan
café yang masih saja sepi dari pengunjung bahkan sama sekali tak ada pelanggan
di cafenya. Ia mendengar suara-suara yang terdengar samar namun jelas terdengar
darinya.
‘’ta, bagaimana ini,
café jadi sepi akabit ulah kita’’
‘’ya aku juga tidak
tahu kalau akan menjadi seperti ini, tapi mau gimana lagi aku ingin cinta itu
keluar dari café, dengan cara ini mungkin cinta tak akan kembali’’ujarnya seraya tersenyum sinis. Terlihat sosok pemuda
tampan menghampiri keduannya dengan
tatapan tanjam
‘’jadi ini semua ulah
kalian!!!’’
‘’pak saya bisa
jelaskan’’
‘’jelaskan apa yang
harus kamu jelaskan’’
‘’maaf pak waktu itu
saya khilaf, saya yang menaruh penyedap bau rasa yang tak sedap hingga menjadi
seperti ini, saya hanya ingin cinta keluar dari sini’’
‘’kamu!! Sekarang kamu
yang akan saya pecat!!! Pergiiiii!!! Bentaknya hingga sontak membuat wita dan
ocha terkejut dengan suara lantangnya. Wita dan ocha berlalu pergi dari hadapan
hendra. Hendra yang terbujur lemah terdiam membisu ia hanya tertunduk lemas
menyesali keadaan yang telah terjadi, ia telah memecat kariawan terbaik dari
yang terbaik. Ia terus mencari-cari cinta hingga ia menemukan alamat satu rumah
yang tak terlihat megah namun layak
untuk menjadi tempat tinggal.
‘’permisi ’’ujarnya
pada pintu yang sedari tadi tertutup
‘’iya sebentar’’ujar
seseorang dari balik pintu. Saat setelah terbuka pintu terlihat cinta tengah
berdiri
‘’maaf mau ngapain
lagi?’’ujarnya menghadap belakang
‘’maafkan saya, maukan
kamu kembali lagi ke café milik saya, saya bisa jelaskan apa yang terjadi’’
‘’tapi….’’ucapannya
terpotong oleh hendra
‘’aku mohon atau perlu
aku bersujud kepadamu’’ujarnya seraya hendak bersujud
‘’eh, tidak, tidak
perlu’’ujarnya kembali membangunkan hendra.
‘’baiklah saya akan kembali
ke café bapak’’ujarnya
‘’aku mohon kamu tidak
usah memangil saya bapak, terlalu ketuaan. Lebih baik kamu panggil nama saja’’
‘’oh baiklah, pak eh
hendra’’ujarnya terbata
Usai cinta dan hendra
berbaikan kini hendra dan cinta kembali akrab, ia kembali menikmati cokelat
bikinannya yanga da di rumahnya itu.
****
Ke esokan harinya………………
14 febuary
Valentine Day
Cinta yang kini mulai
semangat bekerja lagi di café chocolate. Hari yang special dengan penuh rasa
cinta sesuai dengan namannya cinta. 1 jam sesampainya di café terlihat sepi tak
ada penghunjung maupun waiters lainnya
ia menatap bunga-bunga dan cokelat-cokelat yang telah berada di atas meja,
taburan cokelat cair yang tengah meleh membuatnya menggoda. Ingin rasanya ia
menikmati cokelat lelahan yang seperti air terjun.
‘’sepi amet, pada
kemana?? Kan hari ini valentine day kenapa sepi pengunjung apa lagi tak ada
waiter, nah apalagi hendra tu bos di sini kenapa sepi sekali’’ujarnya seraya
melirik-lirik taburan bunga mawar dan cokelat yanga da di atas meja.
‘’wow cokelat ini siapa
yang buat, sepertinya spesial sekali?’’ujarnya
Dorrr!!!
Suara letusan balon membuatnya terkaget hingga ia menoleh betapa terkejutnya ia
saat sorang pemuda dan segenap karyawan hingga tamu-tamu pengunjung telah ada
di hadapannya dengan kue tart yang ada di lengannya hendra
‘‘ happy birthday cinta’’ ujar seseorang dari balik tubuhnya hendra
yang ternyata vita sahabatnya.
‘’vitaa’’pekiknya saat
sadar hari ini adalah hari ulang tahunnya sekaligus hari special valentine
day hingga ia raih pelukkan sahabatnya
itu dengan kasih sayang dan penuh cinta. Ia kembali melepaskan pelukan hangat
sahabatnya dan meniup lilin yang telah berumur 21 tahun. Setelah lilin tertiup
potongan kue pertama untuk sahabatnya.
‘’cinta… ketika untuk
pertama kali aku rasakan hal yang berbeda, aku menunggu waktu yang tepat dan
mungkin saatnya waktu yang tepat telah di depan mata. Cinta… aku pertama kali
menjatuhkan hati yaitu kamu. Maukah kamu menikah denganku, kita sama-sama
membangun kisah kita dan membangun café dengan segenap cokelat buattan mu
itu’’ujarnya di depan hadapan semua penghunjung dan karyawan cinta terkejut
dengan tutur katanya hingga ia mengangguk, dan hendra kembali memeluknya hangat
dengan cokelat rasa cinta telah di rasakannya.
‘’ini semua untuk
kamu’’ujarnya seraya menunjukkan taburan bunga dan cokelat cair yang seprti air
terjun
‘’wow benarkah’’ujarnya
seraya menatap mata hendra
‘’iya, karena hari ini
adalah special harimu dan aku‘’ujarnya seraya tersenyum
‘’cokelat dengan rasa manis begitu mengugah selera
tanpa ku sadari cokelat rasa cinta telah aku dapatkan dari seorang pemilik
café. Mimpi yang tanpak seperti bokahan benangan kecil namun kini telah ku
dapatkan hingga tak satupun mampu terlewatkan I love you chocolate’’
*THE END*
Langganan:
Postingan (Atom)